Burung Wiwik Kelabu adalah sejenis burung anggota suku kangkok.
Burung yang sering ditemui dilingkungan pedesaan ini dikenal dengan  banyak nama, mulai dari Burung Kedasih (nama umum), Burung Daradasih  (nama jawa), Burung Sirit Uncuing (nama sunda) atau Burung Untit-untit  (nama betawi).
Suara burung ini mendayu-dayu dan merintih, bahkan menurut saya suara burung ini mengikik seperti ‘Kuntilanak’.
Burung ini berukuran agak kecil, dengan panjang tubuh dari ujung paruh sampai ujung ekor sekitar 21 cm.
Burung dewasa berwarna kelabu dikepala, leher dan dada bagian atas.  Punggungnya merah kecoklatan dan perutnya kuning jingga. Sisi bawah ekor  berwarna putih dan ujung bulu yang kehitaman.
Burung Wiwik/Kedasih muda.
Burung muda berwarna burik kecoklatan dengan garis-garis hitam disisi  atas tubuh dan keputihan dengan garis-garis hitam yang lebih halus.  Burung Betina kadang berwarna seperti burung muda, sehingga mungkin  keliru dengan burung Wiwik Lurik yang masih berkerabat, burung Wiwik  Lurik memiliki alis dan pipi keputihan, iris mata merah, paruh atas  kehitaman, paruh bawah kekuningan dan kaki kuning.
Burung Wiwik Lurik.
Burung ini menyukai hutan terbuka, tegalan dan pemukiman pedesaan atau sering juga ditemukan dipemukiman perkotaan.
Suaranya yang merintih dan mendayu-dayu sering terdengar siang dan malam  hari, namun burung ini agak susah diamati karena berbunyi diketinggian  pohon yang rimbun.
“tii..tut..twiiit, ..tii..tut..twiit, ..tii..tut..twiiit” bertambah cepat dan bertambah tinggi nadanya.
Atau bunyi,
“tii..tut..twiit, ..twiit, ..twiit, ..twiit, ..twiit, ..wit, ..wit,  ..wit-wit-wit-wit-wit-wit” dengan nada yang meninggi diawal, kemudian  semakin menurun dan pendek diakhir.
Atau suaranya seperti mengikik,
“kwiik..kwiik..kwiiik, ..kwiik, ..kwiik, ..kwiik, ..kwiik, ..kik, ..kik,  ..kik-kik-kik-kik-kik-kik” dengan nada yang meninggi diawal kemudian  semakin menurun dan semakin pendek diakhir.
Burung ini bersifat parasit karena tidak membuat sarang dan mengerami  telurnya. Burung ini menitipkan telur-telurnya pada sarang burung-burung  kecil seperti burung Perenjak, burung Ciblek dan burung kecil lainnya.
Telur burung Wiwik/Kedasih berwarna kebiruan atau berbintik keputihan, mirip dan lebih besar dari telur burung yang dititipinya.
Cara burung Wiwik/Kedasih menitipkan telurnya disarang burung lain  seperti disarang burung Perenjak. Ketika sarang burung Perenjak ada  telurnya dan sedang tidak ada induknya, burung Wiwik/Kedasih ini  membuang dan menjatuhkan telur-telur burung perenjak dari sarang  tersebut. Kemudian dia bertelur disitu dan meninggalkan telur-telurnya  begitu saja. Kemudian induk burung Perenjak ini datang tanpa menyadari  apa yang sudah terjadi, dan kemudian burung Perenjak tersebut mengerami  telur-telur burung Wiwik/Kedasih sampai menetas, kemudian merawat dan  mengasuh anak burung Wiwik/Kedasih itu. Walaupun ukuran tubuh anak  burung yang diasuh lebih besar dari burung Perenjak yang mengasuhnya,  tapi burung Perenjak tersebut tidak menyadarinya.
Mitos Burung Wiwik/Kedasih.
Suara burung Wiwik/Kedasih yang merintih dan mendayu-dayu sering  dikaitkan dengan kabar buruk atau kabar maut. Orang Jawa, Sunda dan  Betawi bilang akan ada kabar buruk atau akan ada orang meninggal bila  mendengar suara burung ini.
Sebenarnya suara burung Wiwik/Kedasih yang merintih dan mendayu-dayu  menggambarkan suasana hati burung itu sendiri. Yah, memang kicauannya  berbunyi begitu.
Semua takdir baik dan buruk datangnya dari Allah SWT, bukan karena suara burung tersebut.  


